Booking Your Hotel with Agoda through this site,Get the BEST Deal

Tuesday, July 9, 2013

Cerita cerita Ramadhan.











Rauh Ibnu Zamba, seorang Amir pada Dinasti Umawiy mengadakan perjalanan Umrah (ke Mekkah) dengan membawa bekal makanan yang banyak dan sangat lazat, melihat seorang pemuda yang setiap saat  pergi berwuduk, lalu solat 2 rakaat, kemudian dia berkata, 
"Wahai lelaki, Aku ingin kamu menjadi tamu kami dan makan makanan yang sangat lazat bersama-sama yang lainnya”,
Lelaki itu berkata, 
“Aku telah diundang oleh yang lebih mulia dari engkau”.
Lalu Ibnu Zamba bertanya, 
“Siapakah yang lebih mulia dari pada aku, padahal dipedalaman ini tidak ada lelaki kecuali aku sendiri??”
Lelaki itu berkata,
"Aku telah diundang oleh Tuhan Semesta Alam untuk berbuka di sisiNya malam ini.”
Kata Ibnu Zamba, 
"Apakah Kamu berpuasa di Bulan Ramadhan ini?" Berbukalah kamu hari ini (dalam perjalanan)  dan esok kamu berpuasa.”
Lelaki itu kembali berkata, 
“Apakah Kamu dapat menjamin bahwa Aku masih hidup esok hari??”
Ibnu Zamba menjawab “Tidak”,
Selanjutnya kata lelaki itu,
"Demi Allah, kalau begitu aku tidak buka hari ini, kerana aku takut bila esok akan mati."
Daripada kisah para sahabat, kita boleh membuat kesimpulan bahawa lelaki yang kukuh imannya tidak mudah terpedaya dengan pujukan dan hidangan maha lazat yang mahu diberikan kepadanya. Kisah di atas menunjukkan kita satu keyakinan bahawa soal ajal dan maut tidak ada sesiapapun yang tahu kecuali Tuhan Semesta Alam. Bahkan, lelaki itu tidak mahu membatalkan puasanya hanya kerana takut jika esok lusa dia tidak dapat berpuasa lagi. 

Menjelang bulan Ramadhan, Rasulullah saw. senantiasa mengumpulkan para Sahabatnya. Rasul kemudian menyampaikan kepada mereka hikmah dan keutamaan Ramadhan dan puasa. Ini dilakukan oleh Rasul dalam rangka mengingatkan kaum Muslim akan datangnya bulan penuh berkah. Beliau memompa semangat para Sahabat agar mereka bergembira dan menyongsong sepenuh hati kedatangan bulan Ramadhan. Beliau memberikan pembelajaran dan pemahaman ilmu serta menyiapkan mental para Sahabatnya. Di antaranya:


1. Memahamkan hakikat, rukun dan syarat shaum.

Pertama: Mengetahui dan menjaga rambu-rambu shaum Ramadhan. Rasulullah saw. Bersabda (yang artinya): Siapa saja yang menunaikan shaum Ramadhan, kemudian mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya. (HR Ibnu Hibban dan al-Baihaqi).

Kedua: Tidak meninggalkan shaum, walau sehari, dengan sengaja tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariah Islam. Rasulullah saw. bersabda:

Siapa saja tidak menunaikan shaum Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshah atau sakit, hal itu merupakan dosa besar yang tidak bisa ditebus, bahkan seandainya ia menunaikan shaum sepanjang masa. (HR at-Tirmidzi).

Ketiga: Menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menggugurkan nilai shaum. Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): Bukanlah shaum itu sekadar meninggalkan makan dan minum, melainkan meninggalkan pekerti sia-sia dan kata-kata bohong. (HR Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah).

Keempat: Bersungguh-sungguh melakukan shaum dengan menepati aturan-aturannya. Rasulullah saw. bersabda:

Siapa saja yang menunaikan shaum Ramadhan dengan penuh iman dan kesungguhan akan diampuni dosa-dosanya yang pernah dia lakukan. (HR al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).


2. Tilâwah al-Quran.

Ramadhan adalah bulan turunnya al-Quran. Allah SWT berfirman:

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan; bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia serta berbagai penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (QS al-Baqarah [2]: 185).

Pada bulan ini al-Quran benar-benar turun ke bumi untuk menjadi pedoman manusia dalam menjalankan kehidupannya di dunia. Rasulullah saw. sendiri, ketika memasuki bulan ini, bertadarus al-Quran bersama Malaikat Jibril as. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid dan esensi dasar diturunkannya al-Quran untuk di-tadabburi, dipahami, dan diamalkan. Allah SWT berfirman:

Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu dengan penuh berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran. (QSa Shad [38]: 29).

Pada bulan ini umat Islam harus benar-benar berinteraksi dengan al-Quran untuk meraih keberkahan hidup dan meniti jenjang menuju umat terbaik dengan petunjuk al-Quran. Berinteraksi dengan al-Quran maknanya adalah hidup dalam naungan al-Quran. Caranya adalah dengan tilâwah (membaca), tadabbur (memahami), hifzh (menghapalkan), tanfîdzh (mengamalkan), ta‘lîm (mengajarkan) dan tahkîm (menjadikannya sebagai pedoman).

3. Memberi makan orang yang berbuka puasa, bersedekah, dll.

Salah satu amaliah Ramadhan Rasulullah ialah memberikan ifthâr (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Rasul saw. Bersabda:

Siapa saja yang memberi makan orang-orang yang berbuka puasa, ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun. (HR Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Memberi makan dan sedekah selama bulan Ramadhan ini bukan hanya untuk keperluan ifthâr, melainkan juga untuk segala kebajikan. Rasulullah saw. dikenal dermawan dan peduli terhadap nasib umat. Pada bulan Ramadhan, kedermawanan dan kepedulian Beliau lebih menonjol lagi. Kebaikan Rasulullah saw. Pada bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus karena begitu cepat dan banyaknya. Dalam sebuah hadis disebutkan:

Sebaik-baiknya sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan (HR al-Baihaqi, al-Khatib dan at-Tirmidzi).

Kalau kita renungkan, aktivitas menyediakan hidangan ini akan melahirkan rasa saling mencintai antara yang memberi dan yang diberi. Bukankah rasa saling mencintai sesama Muslim merupakan salah satu syarat masuk surga? Rasulullah saw. bersabda:

Kalian tidak akan masuk surga sebelum kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai. (HR Muslim).


4. Memperbanyak zikir, doa dan istigfar.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Hari-hari dan malam-malamnya merupakan waktu utama/mulia. Alangkah ruginya jika kesempatan ini tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, terutama dengan memperbanyak zikir dan doa. Ada beberapa waktu mustajab yang bisa dijumpai pada bulan Ramadhan, di antaranya: Ketika berbuka, orang yang berpuasa memiliki doa yang tidak tertolak; sepertiga malam terakhir sewaktu Allah SWT turun. Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman sebagaimana hadits Nabi (yang artinya): Adakah hamba-Ku yang meminta, niscaya Aku memberinya. Adakah hamba-Ku yang memohon ampunan, niscaya Aku mengampuninya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Sebaiknya, pada sepertiga malam terakhir ini kita memperbanyak istighfar:

Selalu memohon ampunan pada waktu sahur. (QS Azd-Dzariyaat [51]: 18).

Kita juga dianjurkan untuk berzikir, berdoa dan beristigfar di masjid, yaitu setelah menunaikan shalat Shubuh sampai terbit matahari (yang artinya): Siapa saja yang menunaikan shalat Fajar berjamaah di masjid, kemudian tetap duduk berzikir hingga terbit matahari, lalu shalat dua rakaat, seakan-akan ia mendapat pahala haji dan umrah dengan sempurna, sempurna dan sempurna. (HR at-Tirmidzi).


5. Itikaf.

Di antara amaliah sunnah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah saw. dalam bulan Ramadhan ialah itikaf, yakni berdiam diri di dalam masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Ini Beliau lakukan pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan dan terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Ibadah yang demikian penting ini sering dianggap berat sehingga ditinggalkan oleh kebanyakan orang Islam. Tidak aneh jika Imam az-Zuhri berkomentar, “Aneh benar keadaan orang Islam. Mereka meninggalkan ibadah itikaf, padahal Rasulullah saw. tidak pernah meninggalkannya sejak Beliau datang ke Madinah hingga Beliau wafat disana.”


6. Memperhatikan aktivitas sosial dan jihad.

Amalan Ramadhan Rasul tidak hanya terbatas pada aktivitas ibadah semata. Aktivitas dakwah dan sosial pun tak luput dari perhatian Beliau. Dalam sembilan kali Ramadhan yang pernah Beliau alami, misalnya, Beliau justru melakukan ekspedisi dan pengiriman pasukan. Di antaranya: Perang Badar (tahun 2 H), Makkah (tahun 8 H), dan Tabuk (tahun 9 H); mengirimkan 6 askariyah (pasukan jihad yang tidak secara langsung Beliau pimpin); meruntuhkan berhala-berhala Arab seperti Lata, Manat dan Suwa’; meruntuhkan masjid dhirar, dll.

Selain itu, sebagai kepala negara, sebelum bulan Ramadhan tiba (bulan Sya’ban), Rasul saw. mengingatkan rakyatnya untuk mempersiapkan diri dengan baik. Segala aktivitas yang berkaitan dengan munculnya hal-hal yang dapat membatalkan atau bahkan mengurangi pahala berpuasa telah jauh-jauh hari dicegah dan dilarang. Adapun aktivitas yang haram seperti tempat minum-minuman keras, judi, pelacuran, dll bukan hanya dilarang sewaktu Ramadhan saja, tetapi memang diharamkan sejak dari awal. Bukan seperti saat ini. Setiap Ramadhan disibukkan dengan ‘himbauan’ untuk tidak membuka tempat-tempat yang disinyalir menjadi tempat maksiat; bukan pada pelarangan.

No comments:

Post a Comment